Profil Desa Bendungan

Ketahui informasi secara rinci Desa Bendungan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Bendungan

Tentang Kami

Desa Bendungan, Kecamatan Simo, Boyolali, ialah desa agraris yang identitas dan kehidupannya menyatu dengan Bendungan Talang. Mengandalkan sepenuhnya pada irigasi teknis untuk pertanian padi produktif, masyarakatnya hidup dalam harmoni sebagai penjaga dan

  • Identitas yang Lahir dari Bendungan

    Nama, sejarah dan eksistensi desa ini secara langsung terikat pada kehadiran dan fungsi Bendungan Talang yang bersejarah.

  • Kemandirian Pangan Berbasis Irigasi Teknis

    Perekonomian desa ditopang sepenuhnya oleh sektor pertanian padi yang sangat produktif berkat pasokan air yang terjamin dari sistem irigasi bendungan.

  • Masyarakat Penjaga Aliran Air

    Kehidupan sosial dan ekonomi komunitasnya berpusat pada pengelolaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan bersama sumber daya air yang menjadi urat nadi desa.

XM Broker

Di Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, terdapat sebuah desa yang namanya secara lugas mencerminkan esensi kehidupannya: Desa Bendungan. Nama ini bukanlah sekadar sebutan, melainkan sebuah deklarasi identitas yang mengakar kuat pada sebuah infrastruktur air peninggalan zaman kolonial, Bendungan Talang. Desa ini hidup, tumbuh, dan makmur karena aliran air yang tak pernah putus dari bendungan legendaris tersebut.

Desa Bendungan merupakan sebuah ekosistem sosio-ekologis di mana manusia dan air hidup dalam simbiosis yang sempurna. Setiap jengkal tanahnya yang subur merupakan anugerah dari sistem irigasi teknis yang telah berfungsi lebih dari seabad. Kehidupan masyarakatnya berjalan selaras dengan ritme tanam dan panen, menjadikan desa ini sebagai benteng ketahanan pangan dan sebuah contoh nyata dari kearifan dalam mengelola sumber daya alam warisan masa lalu untuk kesejahteraan masa kini dan masa depan.

Sejarah yang Mengakar pada Sang Bendungan

Berbeda dengan banyak desa lain yang asal-usul namanya terinspirasi dari flora atau tokoh legendaris, sejarah dan identitas Desa Bendungan secara spesifik lahir dari sebuah karya rekayasa teknik. Desa ini terbentuk dan berkembang seiring dengan dibangunnya Bendungan Talang oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Sebelum bendungan itu ada, kawasan ini kemungkinan besar merupakan lahan kering atau tadah hujan dengan produktivitas terbatas.

Pembangunan Bendungan Talang mengubah segalanya. Proyek raksasa ini membutuhkan banyak tenaga kerja dan memicu tumbuhnya pemukiman di sekitarnya. Setelah bendungan berfungsi dan jaringan irigasi mulai mengairi lahan-lahan di sekitarnya, kawasan ini menjelma menjadi area persawahan yang sangat subur. Para petani dan pekerja yang terlibat dalam proyek tersebut kemudian menetap, membentuk sebuah komunitas baru.

Secara alamiah, komunitas yang hidupnya bergantung sepenuhnya pada infrastruktur air raksasa di dekat mereka menamakan wilayahnya "Bendungan". Nama ini menjadi pengingat permanen akan sumber kemakmuran mereka. Dengan demikian, sejarah Desa Bendungan tidak dapat dipisahkan dari sejarah Bendungan Talang; keduanya merupakan satu kesatuan narasi tentang bagaimana air mengubah bentang alam dan peradaban manusia.

Kondisi Geografis, Wilayah, dan Pemerintahan

Secara administratif, Desa Bendungan merupakan bagian dari Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali, luas wilayah desa ini mencakup 2,95 kilometer persegi atau 295 hektar. Hampir seluruh luas wilayahnya merupakan lahan pertanian produktif, khususnya sawah beririgasi teknis.

Pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa dan jajaran perangkatnya, yang memegang peran sentral dalam koordinasi pembangunan dan pelayanan masyarakat. Adapun batas-batas wilayah Desa Bendungan yaitu:

  • Berbatasan dengan Desa Pelem

  • Berbatasan dengan Desa Temon

  • Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Klego

  • Berbatasan dengan Desa Simo

Letaknya yang berada tepat di sisi selatan Desa Pelem—lokasi fisik Bendungan Talang—menempatkannya sebagai salah satu penerima manfaat utama dari aliran irigasi primer. Posisi ini menjadikan setiap aspek kehidupan di desa ini sangat dipengaruhi oleh dinamika pengelolaan air dari bendungan.

Demografi dan Karakter Masyarakat Agraris Murni

Berdasarkan data kependudukan terakhir pada akhir 2023, Desa Bendungan dihuni oleh 3.120 jiwa. Dengan luas wilayah 2,95 kilometer persegi, tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 1.058 jiwa per kilometer persegi. Karakter masyarakat Desa Bendungan merupakan cerminan dari masyarakat agraris murni yang hidupnya menyatu dengan alam.

Profesi sebagai petani mendominasi struktur mata pencaharian penduduk. Kehidupan sehari-hari, kalender sosial, hingga tradisi budaya di desa ini sangat dipengaruhi oleh siklus pertanian padi. Semangat gotong royong atau sambatan masih menjadi pilar utama dalam kehidupan sosial, terutama dalam kegiatan pertanian dan pemeliharaan infrastruktur desa.

Salah satu wujud nyata dari kearifan lokal ini ialah keterlibatan aktif warga dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Melalui organisasi ini, para petani secara kolektif mengatur distribusi air, membersihkan saluran irigasi tersier, dan menyelesaikan berbagai persoalan terkait pengairan. Ketergantungan bersama terhadap sumber air yang sama telah melahirkan sebuah komunitas yang solid dan kooperatif.

Perekonomian yang Dialiri Berkah Bendungan

Fondasi perekonomian Desa Bendungan hanya satu, namun sangat kokoh: pertanian padi beririgasi teknis. Keberadaan Bendungan Talang menjadi jaminan ketersediaan air sepanjang tahun, yang memungkinkan para petani untuk menerapkan pola tanam intensif dan mencapai produktivitas yang sangat tinggi.

Sawah-sawah di Desa Bendungan dapat ditanami padi dua hingga tiga kali dalam setahun, sebuah kemewahan yang tidak dimiliki oleh desa-desa dengan sawah tadah hujan. Penggunaan bibit unggul dan penerapan teknologi pertanian yang baik, didukung oleh pasokan air yang andal, menjadikan desa ini salah satu lumbung padi penting bagi Kecamatan Simo dan Kabupaten Boyolali. Stabilitas hasil panen memberikan kepastian ekonomi bagi hampir seluruh warga desa.

Selain padi sebagai komoditas utama, sebagian warga juga memanfaatkan lahan pekarangan atau tegalan (lahan kering) untuk menanam tanaman palawija seperti jagung dan singkong, serta hortikultura. Hasil dari tanaman sekunder ini tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga tetapi juga diolah menjadi produk bernilai tambah. Beberapa ibu rumah tangga secara kreatif mengolah singkong hasil kebun menjadi aneka makanan ringan seperti keripik singkong (criping tela), yang dijual di warung-warung lokal dan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.

Pembangunan Berbasis Komunitas dan Visi Menjaga Tradisi

Arah pembangunan di Desa Bendungan sangat fokus dan pragmatis, yaitu menjaga dan meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian yang sudah ada. Berbeda dengan desa lain yang mungkin mengejar visi menjadi desa wisata atau industri, visi pembangunan Desa Bendungan berpusat pada pemeliharaan tradisi agrarisnya.

Alokasi dana desa sebagian besar dimanfaatkan untuk memperkuat infrastruktur pertanian, seperti rabat beton untuk jalan usaha tani, perbaikan tanggul, dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Kepala Desa Bendungan, Bapak Mujiyono, dalam sebuah musyawarah desa menegaskan prioritas ini. "Tugas utama kami bersama masyarakat yaitu memastikan air dari bendungan sampai ke sawah setiap petani tanpa halangan. Gotong royong membersihkan saluran irigasi bukan sekadar kerja bakti, itu ialah cara kami merawat sumber kehidupan untuk anak cucu kita," ungkapnya.

Visi jangka panjang desa ini bukan tentang transformasi radikal, melainkan tentang resiliensi. Tantangan ke depan seperti perubahan iklim, regenerasi petani, dan fluktuasi harga gabah dihadapi dengan strategi penguatan komunitas, peningkatan kapasitas petani melalui penyuluhan, dan menjaga kearifan lokal dalam pengelolaan air. Bagi masyarakat Desa Bendungan, masa depan yang cerah bukanlah menjadi sesuatu yang lain, melainkan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri: sebuah komunitas agraris yang mandiri, sejahtera, dan terus hidup harmonis dengan aliran air.